Sejarah |
PERIODE PEMBENTUKAN
Berbagai macam suku bangsa mengisi personel kesatuan ini karena dalam pem-bentukannya juga di ambil dari personel-personel dari berbagai daerah (Sumatera Barat, Sumatera Timur, Aceh, Jawa, Sumatera Selatan dan lain-lain) tapi berkat keuletan dari anggota tim yang ditugaskan untuk merintis, menggembleng serta membentuk satuan Kavaleri di daerah Koter I ini, maka anggota-anggota yang mempunyai tata cara sendiri-sendiri, adat istiadat sendiri sesuai dengan pembawaan daerahnya masing-masing dapat di bina menjadi satu kesatuan yang kompak dan memiliki Korps yang kuat.
Kapten Loekito. S yang semula bertindak sebagai Ketua Tim dalam pembentukan selanjutnya di tunjuk menjadi Komandan Eskadron Kavaleri V. Selama dalam periode pembentukan ini, banyak pengalaman-pengalaman di daerah yang pahit maupun yang manis, terutama pengalaman-pengalaman di daerah operasi, dan kita boleh bangga bahwa Eskadron Kavaleri V ini tidak mengecewakan dalam tiap-tiap operasi yang pernah diikuti, baik di daerah Makasar maupun di daerah Aceh, sehingga nama Eskadron Kavaleri V selalu mendapat pujian-pujian oleh Komandan pertempuran setelah kembali dari operasi.
Berdasarkan Surat Keputusan Panglima Teritorium I Nomor 0134/PTT I/1954 tanggal 8 April 1954, maka bertempat di lapangan Garuda diadakanlah upacara peresmian berdirinya Eskadron Kavaleri V Pengintai Ringan di Koter I Tmt, 18 Agustus 1954 dan sebagai Komandan Eskadron adalah Kapten Loekito. S.
Dengan diresmikannya Eskadron Kavaleri V bukan berarti bahwa susunan organisasi materiil maupun personel telah sempurna tapi masih membutuhkan penyempurnaan yang terus-menerus sesuai dengan perkembangan sejarah.
Demikianlah Kapten Loekito. S mulai berangsur-angsur menyempurnakan Eskadron Kavaleri V ini sambil berjalan menuju kesempurnaannya, Eskadron Kavaleri V selalu turut mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan di daerah Koter I seperti; peragaan-peragaan, Latihan-latihan gabungan dan lain-lain, disamping kesatuan-kesatuan lain yang berada di daerah Koter I.
Seperti lazimnya di dalam organisasi Angkatan Darat umumnya, Kavaleri khususnya, dalam periode-periode tertentu selalu diadakan Tour Of Duty maupun Tour Of Area, dan ini semua adalah termasuk hal-hal yang wajar. Begitu pula halnya dengan pimpinan Eskadron Kavaleri V.
Berdasarkan Surat Keputusan dari Kasad dan Inspektur Kavaleri dalam rangka Tour Of Duty, maka Kapten Loekito. S. diganti oleh Kapten Tjoek Soewondho pada tanggal 26 Maret 1956.
Kapten Kavaleri Loekito. S ditarik kembali ke Pusat Kavaleri di Bandung sebagaimana halnya dengan Kapten Loekito. S, Kapten Tjoek Suwondho pun seorang Perwira yang telah mendapat didikan Kavaleri di Luar Negeri (Negeri Belanda), dan beliau adalah mantan Komandan Eskadron Spesialisasi Pusat Kavaleri di Bandung. Upacara serah terima Komandan Eskadron lama (Kapten Loekito. S) dengan Komandan Eskadron Kavaleri V yang baru (Kapten Tjoek Suwondho) dilakukan dilapangan upacara bendera Eskadron Kavaleri V (di Jalan Padang Bulan) dihadapan Panglima Teritorial I Kolonel M. Simbolon pada tanggal 26 Maret 1956.
Kapten Tjoek Suwondho melanjutkan apa yang telah dimulai dan dirintis oleh Kapten Loekito.S. Pada tahun 1956 sesungguhnya kita telah menginjak pada periode “Pelangsungan”, suatu masa yang sungguh tak dapat dilupakan dalam sejarah perkembangan Eskadron Kavaleri V ini, pada waktu itulah timbul pemberontakan atau pengkhianatan terhadap pemerintah yang sah di Jakarta, yang justru penjajahnya di mulai di Koter I yang dipimpin oleh panglima Teritorial I Sendiri. Sedang Eskadron Kavaleri V berada di bawah Koter I.
Namun semua kejadian,kegiatan maupun pengalaman serta perjalanan sejarah, akan mematangkan,mendewasakan dan memperkokoh berdirinya kesatuan ini, ibarat batu karang yang tetap tegak berdiri, walaupun selalu ada hantaman-hantaman gelombang lautan karena memang sejak dilahirkan sudah terbiasa menghadapi berbagai permasalahan.
PERIODE PELANGSUNGAN
Periode pelangsungan tidak kalah beratnya dengan periode pembentukan justru karena lebih berat melangsungkan atau mempertahankan apa yang telah tercapai dari pada mencapainya sendiri. Bahkan di tambah lagi justru pada periode inilah di Negara kita terjadi pemberontakan yang dicetuskan oleh golongan-golongan yang tidak puas terhadap pemerintah. Situasi politik Negara dengan sendirinya sangat mempengaruhi kegiatan militer umumnya, lebih-lebih lagi bagi Eskadron Kavaleri V yang justru berada di tempat di mana dimulai pecahnya pemberontakan.
Betapa beratnya beban yang harus dipikul oleh Kapten Tjoek Suwondho sebagai pimpinan Eskadron Kavaleri yang baru saja memegang jabatan ini, tiba-tiba di Koter I terjadi penghianatan terhadap pemerintahan Republik Indonesia yang sah di Jakarta, yang jsutru langsung di pimpin oleh Panglimanya sendiri yaitu Kolonel M. Simbolon.
Eskadron Kavaleri V taktis di bawah Komando Ter I kini Koter I melepaskan diri dari pemerintah pusat dan membentuk “DEWAN GAJAH” apakah yang harus dilakukan oleh Eskadron Kavaleri V, ikut dengan Kolonel Simbolon atau membantah perintah Panglimanya ? Situasi pada waktu itu sungguh-sungguh sangat kacau dan membingungkan mana lawan dan mana kawan sukar di tentukan.
Pada saat yang semacam itulah nilai dari pada pasukan maupun Komandannya dapat di tentukan apakah pengabdiannya kepada Negara dan Bangsa kini hanya sekedar untuk mendapatkan sesuap nasi bagi kelangsungan hidupnya, ataukah pengabdiannya yang betul-betul atas dasar kesadaran dan keinginan serta rasa tanggung jawa yang besar terhadap Negara dan Bangsa, sebagai kesatria-kesatria bangsa yang berkali-kali diucapkannya dalam Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
Negara terancam perpecahan, kita boleh bangga dalam situasi yang sangat kritis tersebut Eskadron Kavaleri V tetap taat pada Sumpahnya tetap setia pada Pancasila Sapta Marga dan Sumpah Prajurit tetap sadar pada fungsinya sebagai bhayangkari-bhayangkari Negara yang harus menghancurkan pengacau serta penghianat Negara yang mengancam keselamatan Nusa dan Bangsanya walau harus berkecimpung dalam bahaya yang bagaimanapun besarnya.
Demikianlah Eskadron Kavaleri V telah menempatkan dirinya dalam barisan Komando antara DEWAN GAJAH, bahkan Eskadron Kavaleri V merupakan basis Komandonya dalam melaksanakan operasi Sapta Marga dan menghancurkan Dewan Gajah. Operasi Sapta Marga ini berhasil dengan sangat memuaskan dengan hancurnya Dewan Gajah.
Saat yang penting Kavaleri V menjadi Batalyon Kavaleri VI dalam perkembangan organisasi Eskadron dan untuk kesempurnaan organisasi sesuai dengan perkembangan personel maupun materiil maka nama organisasi Eskadron Kavaleri V menjadi Batalyon Kavaleri 6 dengan Surat Keputusan Panglima Ter I/BB Nomor KPTS 0185/5/1957 tanggal 23 Mei 1957. Perintah pelaksanaan perubahan ini adalah pada tanggal 14 Juni 1957 dengan Surat Perintah Danyonkav 6 Nomor Sprin/022/6/1957.
Maka sejak tanggal 14 Juni 1957 Eskadron Kavaleri V di rubah menjadi Batalyon Kavaleri 6. Mulailah Kesatuan ini melanjutkan pengabdian dengan nama ‘Batalyon Kavaleri 6’ di bawah pimpinan Kapten Tjoek Suwondho sebagai Komandan Batalyonnya, susunan Batalyon adalah sebagai berikut :
- Markas Batalyon
- Kompi Markas Danki : Lettu Susantyo
- Kompi 1 Danki : Letda Harjono. P
- Kompi 2 Danki : Peltu D. Manurung
Pada tanggal 13 Juli 1957 dalam rangka Tour Of Duty maka Kapten Tjoek Suwondho diganti oleh Kapten R.A. Moeljono yang semula menjabat Wakil Komandan Batalyon Kavaleri 6 dengan Surat Perintah Panglima Nomor Sprin 0206/7/1957 tanggal 4 Juli 1957. Tetapi Kapten R.A. Moeljono tidak lama memegang pimpinan Batalyon ini karena pada tahun itu juga beliau diganti oleh Kapten Ely Soengkono NRP 13772. Upacara serah terima dilakukan pada tanggal 22 Desember 1957.
Dibawah Pimpinan Kapten Ely Soengkono terjadilah dua peristiwa penting yang tak akan dilupakan dalam sejarah Batalyon Kavaleri 6:
- Terjadinya pemberontakan OPD di P. Siantar yang di pimpin oleh Wahab Mahmur dan Kadiran.
- Peristiwa OSM yang di pimpin oleh Mayor J.F. Nainggolan yang hampir saja menyeret seluruh Batalyon Kavaleri 6 ke jurang kehancuran karena pengkhianatan.
Pada tanggal 31 Juli 1958 Kapten Ely Soengkono ditarik kembali ke Bandung.Pimpinan sementara dipegang oleh Kapten Imam Mudjadi Sambil menunggu Komandan Batalyon yang baru. Selama lebih kurang 3 bulan Kapten Imam Mudjadi memegang pimpinan Batalyon, sampai tanggal 1 Oktober 1958, Komandan Batalyon yang baru datang yaitu Mayor Mr. Trihardjo, hampir lima tahun menjabat sebagai Komandan Batalyon ini, melanjutkan Operasi terhadap sisa-sisa OSM, OPD, PRRI maupun DI/TII di Aceh.
Demikian lebih dan kurang perkembangan secara umum Batalyon Kavaleri 6 ini dalam periode pelangsungan Mayor Mr. Trihardjo sempat memimpin Batalyon ini sampai menginjak periode pembangunan yang dimulai tahun 1960.
Dalam periode pelangsungan banyak sekali mendapat gangguan yang ditimbulkan oleh adanya pemberontakan sejak mulai DI/TII , OPD, OSM, DEWAN GAJAH, PRRI dan lain-lain.
Banyak pengalaman pahit yang dialami oleh Batalyon Kavaleri 6 ini pada periode pelangsungan tapi semuanya itu merupakan pelajaran yang sangat berguna bagi perkembangan selanjutnya, dalam menghadapi segala kemungkinan situasi yang mungkin timbul di Negara kita seperti apa yang baru saja kita alami.
Peristiwa yang baru saja terjadi, betul-betul merupakan ujian yang sangat berat bagi Batalyon Kavaleri 6. Peristiwa “Dewan Gajah” merupakan tantangan bagi Kesatuan ini untuk cepat mengambil suatu sikap, yang sangat tepat dan cepat, untuk menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Kita telah lulus dalam ujian pertama ini dengan sangat memuaskan. Dalam peristiwa OSM, betul-betul Batalyon ini telah 75% terseret dalam arus penghianatan. Tapi akhirnya dengan susah payah dapat kita menangkan kembali.
PERIODE PEMBANGUNAN
Pada periode 1960 s.d. 1963, mulailah Batalyon Kavaleri mengadakan pembangunan-pembangunan di segala bidang dalam rangka penyempurnaan kesatuan, disamping tugas-tugas operasi yang masih harus di jalankan berhubung DI/TII, sisa-sisa OSM. PRRI, masih giat menjalankan aksinya terutama di daerah Aceh. Penyempurnaan barak, pembuatan kantin, penyempurnaan organisasi mulai di jalankan. Mengenai dislokasi pasukan pada permulaan tahun 1960 adalah sebagai berikut :
Kima, Mayon dan Kompi 65 berada di Medan sedang Kompi 61 di Padang Sidempuan, serta Kompi 63 di Rantau Parapat dalam rangka tugas operasi. Selanjutnya dalam rangka tugas operasi Aceh (terutama Aceh Timur) maka Kompi 61 yang di Padang Sidempuan diganti dengan Detasemen Panser “A” yang di pimpin oleh Capa Ato Darmasubrata, dan dialokasikan pasukan menjadi :
- Markas Batalyon : Pangkalan Berandan
- Kompi Markas : Pangkalan Berandan
- Kompi 61 : Pangkalan Susu
- Kompi 63 : Bukit Kubu
- Kompi 65 : Sarang Jaya
- Detasemen Panser “A” : Padang Sidempuan
- Sub Dodik Perwakilan : Medan
Pada tahun 1961 Kompi Markas di tarik kembali ke Medan sedang Kompi 61 menempati Sarang Jaya dan Kompi 65 menempati Pangkalan Berandan. Sedikit demi sedikit pasukan ditarik kembali ke Medan bersama-sama dengan Kompi 63, sehingga yang berada di luar Pangkalan tinggal Kompi 61 di Bukit Kubu dan Kompi 65 di Pangkalan Berandan. Dan akhirnya pada tahun 1963 seluruh pasukan di tarik kembali ke Pangkalan (Medan).
Untuk kesejahteraan anggota pada tahun 1960 telah di buat kantin untuk anggota. Untuk pengurusan moril anggota yang digaris depan sering diadakan pertunjukan film maupun joget yang dikirim oleh KODP II.Dalam rangka pembangunan mulailah dibangun perumahan-perumahan dalam asrama, pembuatan sekolah taman kanak-kanak, lapangan sepak bola dan lain-lain. Pemasangan listrik, air ledeng dan sebagainya menambah kesempurnaan dari Batalyon ini.
Pimpinan Batalyon sejak tanggal 1 Oktober 1958 sampai 1 Juli 1963 adalah Mayor Mr. Triharjo, dan pada tanggal 1 Juli 1963 diadakan serah terima jabatan Komandan Batalyon Kavaleri 6 antara Mayor Mr Triharjdo dengan Mayor DAH. Hamidi, yang semula menjabat sebagai Wakil Komandan Batalyon Kavaleri 6.Dibawah pimpinan Mayor D.A.H. Hamidi semua pasukan telah berada di Pangkalan, dan kegiatan menginjak pada periode pembangunan bagian kedua, yaitu melaksanakan DWI KORA dengan Pengganyangan Malaysia, Mayor Mr. Trihardjo di tarik kembali ke pusat.
PERIODE PENGGANYANGAN MALAYSIA
DI/TII telah berakhir baik di Jawa Barat maupun di Aceh PRRI, PERMESTA, OPD, OSM dan gerakan pengacau lainnya, akhir tahun 1963 telah dapat dilumpuhkan. Keadaan keamanan boleh di katakan telah pulih kembali. Rakyat merasakan ketenangan walaupun keadaan ekonomi sosial masih jauh dari pada di pulihkan. Usaha pemerintah kini tinggal mengarahkan perhatian pada bidang pembangunan, yang rusak akibat adanya pem-berontakan tersebut. Tapi rupanya sejarah belum menghendaki bangsa Indonesia menikmati ketentraman baik lahir maupun batin. Kesengsaraan, kemelaratan keadaan ekonomi Negara yang sangat menyedihkan akibat rongrongan pemberontak dan para pengacau Negara beberapa waktu yang lalu masih sangat di rasakan bangsa Indonesia kini timbul lagi masalah baru yaitu dengan berdirinya Negara Malaysia yang oleh pemerintah Indonesia tidak di kehendaki timbulnya karena di anggap sebagai pancangan kaki bagi kaum kolonialis dan imperialis Inggris untuk mendominasi politik sosial maupun ekonomi di Asia Tenggara dimana termasuk Indonesia. Situasi Negara panas lagi, terutama setelah di keluarkannya Dwi Kora. Hal ini sangat mempengaruhi kegiatan Militer umumnya dan khususnya Kodam II/BB.
Kesibukan kegiatan Militer di Kodam II/BB dengan sendirinya sama dengan kesibukan Yonkav 6 karena di bawah Kodam II/BB. Latihan persiapan untuk menghadapi segala kemungkinan apabila terjadi penyerangan pihak Malaysia terus menerus dilakukan konsinyir berat serta latihan bahaya udara tidak henti-hentinya untuk meningkatkan kesiap siagaan pasukan maupun masyarakat.
Penambahan Ranpur BTR dan Tank PT 76 serta Sparepartnya menambah kesiapan Batalyon ini. Batalyon Kavaleri 6 mem BP kan 1 Kompi Panser kepada Brigif 7 RR secara bergantian.
Situasi militer sejalan dengan situasi politik, hal ini terbukti dengan meletusnya G 30 S/PKI pada tanggal 30 September 1965. Seluruh perhatian di tujukan untuk penumpasan PKI dan antek-anteknya sehingga persoalan Malaysia tidak di hiraukan lagi bahkan dapat di katakan telah di lupakan sama sekali.
Kemudian ternyata politik Negara kita menghendaki bersahabat dengan Malaysia untuk menghancurkan komunis anggkatan bersenjata, yang merupakan alat dari pada Negara/pemerintah harus tunduk pada politik Negara, karena Tentara hanya membela Negara dan paham politik Negara (amanat Pangti TNI tahun 1945). Dengan demikian sejak 1 Oktober 1965 musuh kita adalah PKI dan sampai detik ini kita berusaha untuk mencabut paham ini sampai ke akar-akarnya dari bumi Indonesia.
PERIODE PENUMPASAN
Kita tinggalkan periode pengganyangan Malaysia dan marilah kita mulai memasuki periode penumpasan Gestapu PKI.
Sejarah berjalan terus dengan segala peristiwa-peristiwanya yang beraneka ragam. Begitupun sejarah Batalyon kavaleri 6 yang sejak berdirinya selalu ditimpa dengan segala macam persoalan : DI/TII, OPD, Dewan Gajah, OSM, Malaysia dan sebagainya, kini mengalami masa dimana seluruh aparatur Negara menumpahkan perhatiannya pada penumpasan G 30 S/PKI.
Batalyon kavaleri 6 yang merupakan bagian dari pada Kodam II Khususnya, AD umumnya dengan sendirinya ikut pula dalam melaksanakan tugas menumpas PKI dan Ormas-ormasnya dengan persitiwa G 30 S/PKI nya.
Dalam rangka pengamanan kota, pengamanan VIP dll, panser-panser dari Batalyon Kavaleri 6 selalu bereaksi di tiap-tiap ada kerusuhan-kerusuhan ataupun kejadian-kejadian yang tak diinginkan. Perhatian terhadap pengganyangan Malaysia makin berkurang bahkan akhirnya dilupakan sama sekali karena kita mulai menyadari siapakah sesungguhnya musuh yang sebenarnya. Pada tanggal 23 april 1966, berdasarkan Surat perintah Pangdam II/BB No. Prin-2018/4/1966 tanggal .../4/1966, Overste DAH Hamidi diganti oleh Mayor Moch. Ngasran menjabat sebagai wakil Danyonkav 6/II.BB mulai tahun 1964. Dan semenjak tanggal 23 April 1966 Mayor Moch Ngasran memegang pimpinan Batalyon Kavaleri 6/II dimana masih dalam situasi penumpasan gestapu G 30 S/PKI.
Kompi Panser 64 segera diberangkatkan ke Rantau Prapat dalam rangka operasi ini. Pertempuran secara pisik memang tidak ada, namun walaupun demikian kita tidak boleh lengah terhadap kelicikan PKI dan ormas-ormasnya yang fanatik terhadap ajaran-ajaran Komunis. Dalam kwartal terakhir tahun 1967 beberapa orang anggota Yonkav 6 terdapat indikasi terlibat dalam peristiwa G 30 S/PKI ini berdasarkan hasil pemikiran oleh info atasan.
Dan didalam menghadapi kemungkinan timbulnya kembali PKI (PKI malam) ataupun gerilya politiknya, maka internal security diutamakan, pengawasan terhadap anggota-anggota bekas PKI dan ormas-ormasnya terus menerus di intensifkan.
Semenjak tanggal 8 April 1968 maka berdasarkan surat perintah Pangdam II/BB No. Sprin/0210/4/1968 tanggal 4 April 1968 maka Mayor Moch Ngasran diganti oleh Mayor Asmono. Namun karena Mayor Asmono masih dalam keadaan sakit maka serah terima di jabatan dilaksanakan oleh wakil Komandan Yonkav 6 yaitu Mayor Jusman. Dan selanjutnya selama Danyon baru belum datang, maka Mayor Jusman menjabat sebagai Pjs. Danyon 6 Dam II/BB. Dan sampai tanggal 27/8/1968 pimpinan Batalyon Kavaleri 6 dipegang oleh Mayor Jusman sebagai Pjs. Dan Yonkav 6 dam II/BB. Tanggal 27 Juni 1968 diadakan serah terima jabatan Danyon 6 DAM II/BB dari Mayor Jusman kepada Mayor Asmono di Makodam II/BB dihadapan PANGLIMA berdasarkan surat Perintah Panglima.
PERIODE 1969 TAHUN PERTAMA REPELITA
Tahun 1968 telah kita lewati dengan segala peristiwa, baik yang menggemberikan maupun yang menyedihkan. Peristiwa yang terjadi tahun yang lalu merupkan pengalaman yang sangat berguna bagi kita dan patut dijadikan bahan pelajaran serta merupakan bekal yang besar artinya guna menentukan langkah selanjutnya. Kita memasuki tahun 1969 dengan segala tantangan. Pada bulan April 1969 menggemalah keseluruh pelosok tanah air tanda dimulainya Repelita sebagai realisasi dari pada tugas yang di bebankan oleh MPRS kepada Pemerintah.
Dengan dimulainya Repelita ini maka prioritas kegaitan dititik beratkan kepada pelaksanaan Repelita, oleh karenanya akan sangat mempengaruhi, bahkan menentukan hari depan Bangsa dan Negara. Dan Repelita ini akan berhasil apa bila pemerintah bersama seluruh lapisan masyarakat mengambil bagian sesuai dengan bidangnya masing-masing. Itulah sebabnya maka AD mencetuskan rencana induk pembangunan lima tahun AD (Repelita) sebagai bagian yang integral dari Repelita. Untuk dapat menunjang Repelitad maka Kodam II/BB telah mengambil kebijaksanaan dengan merumuskan kegiatan tahun kerja 1969 kedalam 4 macam operasi:
- Operasi Mutu
Dengan tujuan untuk meningkatkan mutu tempur. - Operasi Sejahtera
Dengan tujuan untuk membantu para prajurit menanggulangi dan mengatasi kesulitan hidup sehari-hari. - Operasi Mantap
Dengan tujuan mencapai stabilitas politik sehingga jiwa pancasila benar-benar hidup di kalangan masyarakat terutama menjelang Pemilu yang akan datang. - Operasi Karya Bhakti
Dengan tujuan membantu masyarakat di segala bidang mengerahkan fasilitas yang ada pada Kodam II/BB. Dengan lahirnya Repelita, maka kegiatan Yonkav 6 di arahkan untuk dapat melaksanakan rencana tersebut di atas. Di samping itu melaksanakan kebijaksanaan yang telah di gariskan oleh Pussenkav. Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang prinsip antara 4 operasi Kodam II/BB dengan kebijaksaan Danpussenkav, oleh karena keduanya bersumber pada REPELITAD. |
|
Hubungi Kami |
Batalyon Kaveleri 6/Naga Karimata Kodam I/Bukit Barisan Jl. Bunga Raya Kel. Asam Kumbang, Kec.Medan Selayang - Sumatera Utara Telp/Fax. (061) 8217570 E-mail. info@yonkav6serbu.mil.id
|
|
Berita & Kegiatan |
13 Nov 2018 • Media Center Yonkav 6
|
12 Nov 2018 • Media Center Yonkav 6
|
02 Okt 2018 • Media Center Yonkav 6
|
Selengkapnya ❯
|
|
|